Beranda | Artikel
Persiapan Dakwah Nabi Musa Alaihissallam
Senin, 25 Februari 2019

PERSIAPAN DAKWAH NABI MUSA ALAIHISSALLAM

Ketika Musa dan keluarga dalam perjalanan pulang ke Mesir dari Negeri Madyan, Allâh Azza wa Jalla memanggil Musa Alaihissallam

Allâh Azza wa Jalla berfirman:

فَلَمَّا أَتَاهَا نُودِيَ مِنْ شَاطِئِ الْوَادِ الْأَيْمَنِ فِي الْبُقْعَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ الشَّجَرَةِ أَنْ يَا مُوسَىٰ إِنِّي أَنَا اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu, dia diseru (dipanggil) dari (arah) pinggir lembah yang sebelah kanan(nya) pada tempat yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu, yaitu, “Wahai Musa! Sesungguhnya Aku adalah Allâh, Rabb semesta alam. [Al-Qashaash/28:30]

Dalam ayat lain Allâh Azza wa Jalla berfirman:

فَلَمَّا أَتَاهَا نُودِيَ يَا مُوسَىٰ ﴿١١﴾ إِنِّي أَنَا رَبُّكَ فَاخْلَعْ نَعْلَيْكَ ۖ إِنَّكَ بِالْوَادِ الْمُقَدَّسِ طُوًى ﴿١٢﴾ وَأَنَا اخْتَرْتُكَ فَاسْتَمِعْ لِمَا يُوحَىٰ ﴿١٣﴾ إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي

Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil, “Wahai Musa! Sesungguhnya Aku inilah Rabbmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu; Sesungguhnya kamu berada dilembah yang suci, Thuwa. Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu). Sesungguhnya Aku Ini adalah Allâh, tidak ada ilah (yang berhak diibadahi) selain Aku, maka beribadahlah kepada-Ku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.[Thaha/20:11-14]

Dalam ayat ini Allâh Azza wa Jalla memberitahukan bahwa Allâh Azza wa Jalla telah memilih Musa. Ini merupakan nikmat dan anugerah terbesar yang Allâh Azza wa Jalla berikan kepadanya yang wajib disyukuri. Oleh karena itu, Allâh Azza wa Jalla memerintahkannya untuk mendengarkan wahyu yang akan diberikan.

Lalu Allâh Azza wa Jalla menyebutkan wahyu yang dimaksudkan yaitu:

إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي

Sesungguhnya Aku ini adalah Allâh, tidak ada ilah (yang berhak diibadahi) selain Aku, maka beribadahlah kepada-Ku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. [Thaha/20:14]

Allâh Azza wa Jalla menyuruhnya untuk beribadah kepada-Nya dengan segala bentuk ibadah, ibadah yang zhahir maupun ibadah yang tidak bathin, ibadah yang pokok ataupun cabang-cabangnya.[1]

ALLAH AZZA WA JALLA MEMBERIKAN MUJIZAT KEPADA NABI MUSA ALAIHISSALLAM
Setelah Allâh Azza wa Jalla menjelaskan pokok keimanan kepada Musa, Allâh Azza wa Jalla menjelaskan dan menunjukkan kepadanya ayat-ayat-Nya (tanda-tanda yang menunjukkan kekuasaan-Nya) yang bisa menenteramkan dan menenangkan hatinya, serta bisa memperteguh keimanannya dengan sebab ada dukungan dari Allâh Azza wa Jalla .[2] Allâh Azza wa Jalla berfirman kepada Musa Alaihissallam yang sedang membawa tongkat:

قَالَ أَلْقِهَا يَا مُوسَىٰ ﴿١٩﴾ فَأَلْقَاهَا فَإِذَا هِيَ حَيَّةٌ تَسْعَىٰ ﴿٢٠﴾ قَالَ خُذْهَا وَلَا تَخَفْ ۖ سَنُعِيدُهَا سِيرَتَهَا الْأُولَىٰ ﴿٢١﴾ وَاضْمُمْ يَدَكَ إِلَىٰ جَنَاحِكَ تَخْرُجْ بَيْضَاءَ مِنْ غَيْرِ سُوءٍ آيَةً أُخْرَىٰ ﴿٢٢﴾ لِنُرِيَكَ مِنْ آيَاتِنَا الْكُبْرَى

Allâh berfirman: “Lemparkanlah ia, Hai Musa!” Lalu dilemparkannyalah tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat. Allâh berfirman: “Peganglah ia dan jangan takut, kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula, dan kepitkanlah tanganmu ke ketiakmu, niscaya ia ke luar menjadi putih cemerlang tanpa cacat, sebagai mukjizat yang lain (pula), Untuk kami perlihatkan kepadamu sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan kami yang sangat besar.[Thaha/20:19-23]

Ayat-ayat yang Allâh Azza wa Jalla perlihatkan kepada Musa Alaihissallam di atas  sebagai bukti kebenaran risalah yang akan dibawa oleh nabi Musa Alaihissallam dan juga menunjukkan hakikat risalah yang dibawanya. Dengan demikian, hati nabi Musa Alaihissallam menjadi tenang, ilmunya akan semakin bertambah dan menjadi sangat yakin dengan janji Allâh Azza wa Jalla yang akan menolong dan yang akan menjaga beliau Alaihissallam . Ini juga akan menjadi bukti dan argumentasi bagi Musa Alaihissallam dihadapan orang yang didakwahi.[3]

Disamping dua bukti yang disebutkan pada ayat atas, Allâh Azza wa Jalla juga memberikan tujuh bukti yang lain, sehingga totalnya berjumlah sembilan, sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya:

وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَىٰ تِسْعَ آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ

Dan sesungguhnya Kami telah memberikan kepada Musa sembilan buah mukjizat yang nyata [Al-Isra’/17:101]

PERINTAH ALLLAH AZZA WA JALLA UNTUK MENDAKWAHI FIR’AUN
Setelah Allâh Azza wa Jalla memberikan wahyu kepada Nabi Musa Alaihissallam juga memperlihatkan tanda-tanda kekuasaan-Nya yang mencengangkan, Allâh Azza wa Jalla memerintahkan kepada Musa Alaihissallam untuk pergi mendakwahi Fir’aun[4], seorang raja Mesir yang sudah sangat terkenal kekejaman dan kesombongannya. Allâh berfirman:

اذْهَبْ إِلَىٰ فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَىٰ

Pergilah kamu kepada Fir’aun! Sesungguhnya ia telah melampaui batas. [Thaha/20:24]

Fir’aun itu telah melampaui batas dalam kekufuran dan kerusakan, kesombongan dan penindasan terhadap orang-orang lemah, sampai-sampai dia berani mengaku dirinya sebagai tuhan yang harus disembah. Meski demikian, namun diantara bukti kasih sayang Allâh Azza wa Jalla  juga kebijaksanaan-Nya serta keadilan-Nya kepada semua makhluk, Allâh Azza wa Jalla tidak akan menyiksa seorang pun kecuali setelah ditegakkan hujjah padanya. Oleh karena itu, Allâh Azza wa Jalla mengutus nabi Musa Alaihissallam untuk mendakwahi Fir’aun, sang penguasa yang sangat zhalim dan bengis itu.

Menyadari keterbatasan dirinya dan beban berat yang akan diembannya, Nabi Musa Alaihissallam mengajukan permohonan dan juga menyampaikan beberapa permasalahan agar mendapatkan solusi.

Nabi Musa Alaihissallam memohon pertolongan dan memohon agar diberi kemudahan. Allâh Azza wa Jalla  berfirman menceritakan permohonan nabi Musa Alaihissallam :

قَالَ رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي ﴿٢٥﴾ وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي ﴿٢٦﴾ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِ ﴿٢٧﴾ يَفْقَهُوا قَوْلِي

 Musa berkata, “Wahai Rabbku! Lapangkanlah untukku dadaku! Dan mudahkanlah untukku urusanku!  Dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku!  Supaya mereka mengerti perkataanku.” [Thaha/20:24-28]

Beliau Alaihissallam mengajukan permohonan ini, karena beliau Alaihissallam mengalami kesulitan dalam berbicara akibat bara api yang dimasukkan ke mulutnya saat masih bayi. Oleh karena itu juga, beliau Alaihissallam memohon kepada Allâh Azza wa Jalla agar menjadikan salah satu keluarganya yang bernama Harun untuk menemaninya dalam mengemban tugas dakwah ini. Nabi Musa Alaihissallam mengatakan:

وَاجْعَلْ لِي وَزِيرًا مِنْ أَهْلِي ﴿٢٩﴾ هَارُونَ أَخِي ﴿٣٠﴾ اشْدُدْ بِهِ أَزْرِي ﴿٣١﴾ وَأَشْرِكْهُ فِي أَمْرِي ﴿٣٢﴾ كَيْ نُسَبِّحَكَ كَثِيرًا ﴿٣٣﴾ وَنَذْكُرَكَ كَثِيرًا ﴿٣٤﴾ إِنَّكَ كُنْتَ بِنَا بَصِيرًا

Dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, (yaitu) Harun, saudaraku! Teguhkanlah kekuatanku dengannya dan jadikankanlah dia sekutu dalam urusanku, supaya kami banyak bertasbih kepada Engkau, dan banyak mengingat Engkau. Sesungguhnya Engkau adalah Maha melihat (keadaan) kami”.[Thaha/20:29-35]

Dalam ayat lain, disebutkan:

وَأَخِي هَارُونُ هُوَ أَفْصَحُ مِنِّي لِسَانًا فَأَرْسِلْهُ مَعِيَ رِدْءًا يُصَدِّقُنِي ۖ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يُكَذِّبُونِ

Dan saudaraku Harun dia lebih fasih lidahnya daripada aku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkata-an)ku; Sesungguhnya aku khawatir mereka akan mendustakanku.[Al-Qashash/28:34]

Beliau Alaihissallam juga menyampaikan alas an lain yaitu kekhawatirannya karena beliau secara tidak sengaja pernah membunuh salah seorang anggota kabilah Fir’aun, si raja lalim itu. Beliau Alaihissallam khawatir akan dituntut balas.

Permohonan-permohonan nabi Musa Alaihissallam ini dikabulkan oleh Allâh Azza wa Jalla . Allâh Azza wa Jalla berfirman:

قَالَ قَدْ أُوتِيتَ سُؤْلَكَ يَا مُوسَىٰ

Allah berfirman, “Sesungguhnya telah diperkenankan permintaanmu, Hai Musa.” [Thaha/20:36]

Maksudnya, Kami telah mengabulkan permohonanmu. Kami akan memberimu apa yang engkau minta.

Ini menunjukkan kedudukan beliau Alaihissallam yang tinggi di sisi Allâh Azza wa Jalla . Beliau Alaihissallam memohon agar Allâh Azza wa Jalla juga memberikan wahyu kepada saudaranya yang bernama Harun, maka Allâh pun memberikan wahyu kepadanya. Sungguh sebuah kedudukan yang sangat agung.

Dalam ayat lain, Allâh Azza wa Jalla berfirman:

قَالَ سَنَشُدُّ عَضُدَكَ بِأَخِيكَ وَنَجْعَلُ لَكُمَا سُلْطَانًا فَلَا يَصِلُونَ إِلَيْكُمَا ۚ بِآيَاتِنَا أَنْتُمَا وَمَنِ اتَّبَعَكُمَا الْغَالِبُونَ

Allah berfirman, “Kami akan membantumu dengan saudaramu, dan kami berikan kepadamu berdua kekuasaan yang besar, maka mereka tidak dapat mencapaimu; (berangkatlah kamu berdua) dengan membawa mukjizat Kami, kamu berdua dan orang yang mengikuti kamulah yang akan menang.” [Al-Qashash/28:35]

Allâh Azza wa Jalla memerintahkan mereka berdua untuk berangkat menuju Fir’aun. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

اذْهَبْ أَنْتَ وَأَخُوكَ بِآيَاتِي وَلَا تَنِيَا فِي ذِكْرِي ﴿٤٢﴾ اذْهَبَا إِلَىٰ فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَىٰ ﴿٤٣﴾ فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ ﴿٤٤﴾ قَالَا رَبَّنَا إِنَّنَا نَخَافُ أَنْ يَفْرُطَ عَلَيْنَا أَوْ أَنْ يَطْغَىٰ ﴿٤٥﴾ قَالَ لَا تَخَافَا ۖ إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَىٰ

Pergilah kamu beserta saudaramu dengan membawa ayat-ayat-Ku, dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku! Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, Sesungguhnya dia telah melampaui batas. Berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut”. Berkatalah mereka berdua, “Ya Rabb kami! Sesungguhnya kami khawatir bahwa ia segera menyiksa kami atau akan bertambah melampaui batas”. Allâh berfirman, “Janganlah kamu berdua khawatir, Sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat”. [Thaha/20:42-46]

Begitulah, akhirnya, Nabi Musa Alaihissallam mendatangi istana Fir’aun dengan ditemani Nabi Harun lalu menyampaikan apa yang harus mereka sampaikan.   

PELAJARAN DARI KISAH
1. Berbagai pristiwa yang dialami Musa Alaihissallam ketika dipanggil oleh Rabbnya merupakan proses untuk mempertebal keimanan dan memperkokoh keyakinannya sehingga beliau akan lebih siap dalam mengemban tugas yang berat ini.

Saat menjelaskan firman Allâh Azza wa Jalla yang memerintahkan kepada nabi Musa untuk kembali ke asal suara yang memanggilnya, karena beliau lari ketakutan, Syaikh Abdurrahman as-sa’di mengatakan, “(firman Allâh Azza wa Jalla yang artinya-red) Menghadaplah!” Ini merupakan perintah yang menuntut beliau untuk menghadap dan ini wajib ditaati, namun apa yang beliau saksikan masih menyisakan rasa takut. Oleh karena itu, Allâh Azza wa Jalla berfirman, “Janganlah kamu takut!” Disini ada dua perintah yaitu perintah menghadap dan perintah untuk tidak merasa takut. Disini, masih ada kemungkinan, bisa saja nabi Musa menghadap dengan tanpa rasa takut, tapi belum ada jaminan keamanan atau tidak ada jaminan selamat dari segala yang tidak diinginkan, oleh karena itu Allâh Azza wa Jalla kemudian berfirman:

إِنَّكَ مِنَ الْآمِنِينَ

Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang aman. [Al-Qashash/28:31]

Dengan ini, tertolaklah semua yang dikhawatirkan dari semua sudut pandang. Akhirnya, Musa Alaihissallam datang menghadap kembali tanpa ada rasa takut sedikitpun, bahkan dengan penuh ketenangan dan penuh keyakinan dengan apa yang disampaikan Rabbnya. Sehingga keimanannya bertambah dan keyakinannya menjadi sempurna.

Tanda-tanda kekuasaan Allâh Azza wa Jalla ini diperlihatkan kepada nabi Musa Alaihissallam sebelum berangkat menemui dan mendakwahi Fir’aun dengan tujuan supaya Musa Alaihissallam memiliki keyakinan yang sempurna sehingga akan semakin siap, semakin berani dan semakin kuat.”[5]

2. Disyari’atkan meminta bantuan kepada yang berwenang ketika merasa berat dengan beban yang diembannya.[6]

3. Permohonan nabi Musa Alaihissallam [7] kepada Allâh Azza wa Jalla menunjukkan pengetahuannya yang sempurna tentang Allâh Azza wa Jalla , sekaligus juga menunjukkan kecerdasan dan pengetahuannya terhadap berbagai masalah. Karena seorang dai, yang menyeru umat manusia menuju jalan Allâh Azza wa Jalla, yang mengarahkan umat manusia, terutama jika orang yang menjadi sasaran dakwahnya adalah para penentang, orang-orang yang sombong dan suka berbuat zhalim, maka sang dai perlu memiliki dada yang lapang dan sabar menerima semua gangguan yang akan ditemuinya; dia juga memerlukan lisan yang fasih sehingga dia bisa menyampaikan dengan baik apa yang diinginkannya.

Bahkan kefasihan dan kejelasan pembicaraan termasuk yang paling urgen yang harus dimiliki oleh orang yang berada pada posisi dai, karena sering terjadi adu argumentasi. Disamping juga, itu diperlukan untuk menampakkan kebaikan dan keindahan al-haq sesuai dengan kemampuannya sehingga al-haq (kebenaran) itu disukai oleh umat manusia. Dan juga menyampaikan keburukan hal-hal yang bathil sehingga umat manusia menjauhinya.    

Disamping itu, seorang dai juga perlu bantuan dari Allâh Azza wa Jalla agar mempermudah urusannya, sehingga dia bisa melakukan sesuatu sebagaimana mestinya. Sehingga dia bisa berdakwah ke jalan Allâh Azza wa Jalla dengan penuh hikmah, nasehat-nasehat yang baik dan juga bisa berdiskusi dengan cara terbaik. Juga supaya dia bisa menyikapi orang sesuai dengan keadaannya masing-masing.

Akan menjadi lebih sempurna, jika seorang dai yang telah memiliki berbagai sifat terpuji di atas juga memiliki pendukung yang selalu membantunya. Karena jika yang menyuarakan sesuatu itu banyak, maka mesti akan pengaruhnya. Oleh karena itu, nabi Musa Alaihissallam memohon semua ini kepada Allah dan Allâh Azza wa Jalla berkenan mengabulkanya.[8] 

4. Disyari’atkan untuk berbicara dengan lemah lembut saat berbicara atau berdialog dengan para penguasa otoriter dan kepada semua orang yang hendak diajak menuju kebenaran supaya dia bisa memahami ucapan.[9]

Allah Azza wa Jalla berfirman kepada Nabi Musa Alaihissallam dan Nabi Harun.

اذْهَبَا إِلَىٰ فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَىٰ ﴿٤٣﴾ فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ

Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas; berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut”[Thaha/20:43-44],

Penulis kitab al-Bidayah wan Nihayah mengatakan, “Ini diantara bentuk kesabaran, wujud kemurahan Allah Azza wa Jalla, bukti kasih sayang-Nya terhadap makhluk-Nya, padahal Allah Azza wa Jalla Maha Tahu tentang kekufuran Fir’aun, kesombongannya dan kezhalimannya. Ketika itu, Fir’aun menjadi makhluk terburuk perilakunya dan Allah Azza wa Jalla telah mengutus kepada Fir’aun manusia pilihan-Nya pada zaman itu. Meski demikian faktanya, namun Allah Azza wa Jalla mengatakan dan memerintahkan kepada kedua rasul utusan-Nya untuk mendakwahi Fir’aun, penguasa yang super zhalim itu dengan cara terbaik, dengan lemah lembut dan Allah Azza wa Jalla memerintahkan mereka untuk menyikapi orang yang diharapkan bisa beriman, sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla.

ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ 

Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. [An-Nahl/16:125][10]

Lalu bagaimana dengan para penguasa atau bukan penguasa yang tingkat kejahatannya tidak menyamai Fir’aun? Atau dengan kata lain, masih jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan  kejahatan Fir’aun? Maka tentu mereka lebih berhak daripada Fir’aun untuk mendapatkan dakwah dengan cara terbaik.

Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari kisah diatas tersebut.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 08/Tahun XXI/1439H/2017M.  Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196. Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
_______
Footnote
[1]  Lihat tafsir  Taisîr al-Karîmir ar-Rahmân tentang ayat di atas
[2]  Lihat tafsir Taisîr al-Karîmir ar-Rahmân saat menjelaskan ayat ke-17 s/d 23 dari surat Thaha
[3]  Lihat Taisîr al-Karîmir ar-Rahmân saat menjelaskan ayat 23 dari surat Thaha
[4]  Lihat Taisîr al-Karîmir ar-Rahmân saat menljelaskan ayat 23 dari surat Thaha
[5]  Lihat tafsir Taisîr al-Karîmir ar-Rahmân tentang ayat ke
[6]  Lihat aisarut tafasir, 4/73
[7]  agar diberi dada yang lapang, kefasihan dalam berbicara, kemudahan dalam segala urusan serta ada dukungan-red
[8] Lihat tafsir Taisîr al-Karîmir ar-Rahmân, penjelasan tentang firman Allah k pada surat Thaha, ayat ke-25 s/d ayat ke-35. 
[9]  Lihat aisarut Tafasir, 4/73
[10] Lihat al-Bidayah wa an-Nihayah 2/27-28


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/11253-persiapan-dakwah-nabi-musa-alaihissallam.html